Selasa, 05 Agustus 2008

Prediksi Peningkatan Sarang

Seri Walet (123):
Prediksi Peningkatan Sarang
Oleh trubus
Selasa, September 04, 2007 02:41:56


Rumus statistik untuk mengetahui jumlah penduduk pada kurun waktu tertentu ternyata dapat diterapkan pada walet. Itu dilakukan Ubaidillah Thohir di Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Melalui penelitian selama 3 tahun, kenaikan jumlah sarang dapat diprediksi.

Selama ini kenaikan jumlah sarang walet dihitung berdasarkan pengalaman empiris peternak. Pertambahan sarang sebesar 25% per tahun dianggap bagus untuk sebuah rumah walet. Artinya jika rumah walet itu semula berisi 10 sarang, tahun depan dapat diperkirakan jumlahnya meningkat mencapai 12-13 sarang. Persentase kenaikan sebesar itu lazim terjadi di lokasi-lokasi rumah walet yang memiliki sumber pakan melimpah. Seandainya sumber pakan tak mendukung, kenaikan populasi sarang sekitar 10%, bahkan bisa jadi lebih kecil lagi.

Sidayu yang dipakai Ubaidillah Thohir sebagai lokasi percobaan, menjadi sentra walet sejak zaman penjajahan Belanda. Dahulu di sekitar rumah walet terdapat banyak hutan sebagai sumber pakan walet, sehingga penambahan populasi lebih dari 25% per tahun. Namun, kini sejalan dengan maraknya penebangan liar dan pergantian musim yang tak menentu, laju pertumbuhan sarang terus menurun, bahkan negatif. Padahal, populasi rumah walet di Sidayu terus meningkat.
Laju pertumbuhan

Menurut Ubaidillah untuk memprediksi pertambahan sarang walet bisa menggunakan rumus sensus jumlah penduduk. Ada 3 parameter yang dipakai: jumlah awal sarang (simbol Po), tahun peningkatan yang dikehendaki (simbol n), dan laju pertambahan sarang (simbol r). Secara umum rumus itu adalah 1 ditambah r dipangkatkan n. Hasilnya kemudian dikalikan angka Po untuk memprediksi jumlah pertambahan sarang (Simbol Pp).

Besarnya nilai r dipengaruhi antara lain oleh kematian dan kelahiran walet, serta kemampuan tumbuh hingga dewasa yang berkisar 80%. Namun, sekarang persentase kematian bisa lebih banyak karena sumber pakan banyak yang tercemar pestisida, kata Ubaidillah. Akibatnya, banyak cangkang telur tipis dan mudah pecah, sehingga tak membuahkan anak.

Faktor lain yang mempengaruhi nilai r adalah sumber pakan yang menipis. Hal itu memaksa walet terbang lebih jauh mencari pakan. Bahkan seringkali walet pindah ke rumah lain yang lebih dekat sumber pakan untuk menghemat energi saat perjalanan pulang dari perburuan. Dari pengamatan alumnus Universitas Muhammadiyah Malang itu sejak 1980 di Sidayu, nilai r berkisar 0,25-0,6. Artinya laju kenaikan penambahan sarang di suatu rumah rata-rata berkisar 25-60% per tahun. Tapi kenyataannya saat sekarang mencapai kenaikan 30% saja sudah sangat sulit, tambahnya.

Contoh perhitungan, awal di tempat pengamatan 10 keping. Nilai r yang digunakan 0,25. Berapa penambahan pada tahun pertama? Perhitungannya, 0,25 ditambah 1 lalu dipangkatkan 1. Setelah itu dikalikan jumlah sarang awal, 10 sarang. Hasil akhir diperoleh 12,5 sarang, dibulatkan menjadi 13 sarang. Dengan perhitungan sama pada tahun kedua, akan diperoleh jumlah 16 sarang.
Tergantung pakan

Menurut Philip Yamin, konsultan walet di Cengkareng, Jakarta Barat, cara yang ditempuh Ubaidillah itu bisa digunakan. Tapi karakteristik setiap daerah berbeda sehingga nilai laju pertumbuhan berbeda dengan di Sidayu, ujarnya. Karena sulitnya menentukan laju pertumbuhan (r)-perlu pengamatan lama supaya akurat-Philip memilih menghitung secara manual.

Caranya, hitung jumlah sarang walet yang ada di sebuah rumah, misal 5.000 keping. Sarang-sarang itu masing-masing ditempati oleh sepasang induk. Sepasang induk mampu berbiak 2 kali dalam setahun. Andai tingkat keberhasilan penetasan 80% maka ada sekitar 16.000 anak walet yang dihasilkan dalam setahun. Dari jumlah itu anak walet yang kembali ke rumah hanya 20%. Artinya tahun depan ada penambahan sebanyak 1.600 sarang. Penambahan sebanyak itu menurut Philip berlaku untuk daerah-daerah pengembangan.

Di daerah-daerah padat rumah walet seperti Sumatera Utara dan Pulau Jawa, berdasarkan pengalaman Philip selama puluhan tahun, hanya 10% walet akan kembali ke rumah asal. Sisanya bisa hinggap ke rumah lain dan migrasi ke daerah yang kaya pakan, katanya. Itu artinya, sebanyak 8.000 walet yang akan kembali ke tempat semula dan membuat sarang.

Boedi Mranata, praktisi walet di Jakarta, menggarisbawahi perlunya menjaga lingkungan agar laju pertumbuhan sarang terus meningkat. Ia menggambarkan untuk 1.000 walet setiap harinya butuh 6-7 kg pakan. Jika kebutuhan pakan tercukupi, walet bisa 3-4 kali membuat sarang dalam setahun. Akibatnya, tanpa ada penambahan populasi walet baru, jumlah produksi sarang menjadi 1,5-2 kali lipat. (Lastioro Anmi Tambunan)

Tidak ada komentar: